Makalah metode pengajaran Al-Qur'an di Indonesia

MAKALAH

METODE PERKEMBANGAN METODE PENGAJARAN AL-QUR’AN DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas 

Mata Kuliah : Metode Pengajaran Alqur’an 

Dosen Pengampu : Yeni Rosnaeni, M.Pd




Disusun Oleh   :

Info santri



PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM CIREBON


KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, kesehatan dan kelancaran-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perkembangan Metode Pengajaran Al-Qur’an Di Indonesia” dengan tepat waktu.

Tujuan kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Metode Pengajaran Al-Qur’an”, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak atas doa dan bantuannya dalam penyusunan makalah. Kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan serta isi makalah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan supaya kedepannya menjadi lebih baik.

Semoga pemaparan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, memberikan motivasi untuk selalu belajar dalam memahami Alqur’an dan meningkatkan rasa cinta terhadap Alqur’an.



Cirebon, 1 Juni 2022





Penyusun










DAFTAR ISI


Cover I

Kata Pengantar II

Daftar Isi III

BAB I   PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Penulisan 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II  PEMBAHASAN 3

Sejarah Perkembangan Pengajaran Alqur’an di Indonesia 3

Macam-Macam Metode pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia 3

Hukum orang cadel yang membaca Al-Qur’an 8

BAB III PENUTUP 9

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

Daftar Pustaka 121

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Penyebaran islam dari awal kemunculannya sampai hari ini, diyakini tidak lepas dari sumber primer ajaran islam, dalam hal ini Al Quran. Bisa dikatakan bahwa sejarah islam merupakan sejarah Al Quran. Walaupun Al Quran lebih terfokus pada peninggalan-peninggalan tertulis dari tradisi intelektual. Oleh karena itu, sejarah Al Quran dalam konteks yang paling sederhana di Indonesia, dapat ditelusuri sejarah masuknya islam ke Indonesia.

Secara umum, para peneliti mengungkapkan dua penjelasan/teori populer masuknya islam ke Indonesia. Teori Timur, yaitu islam masuk di Indonesia pada abad VII. M atau I. H, yang disebarkan langsung melalui jalur perdagangan oleh orang Arab yang bermazhab Syafi’i di daerah pesisir (coast) pantai utara Sumatera (Malaka). Sementara itu, teori Barat bersumber dari perjalanan Marcopolo (1292). hal ini lebih diperkuat dengan catatan Ibnu Batutah yang menjelaskan berdirinya islam di pantai utara Sumatera pada abad XVIII M. Azyumardi Azra sendiri berkesimpulan bahwa islam masuk ke indonesia dibawa langsung dari Arabia oleh para misionaris islam profesional yang dengan jumlah besar datang ke Indonesia pada abad XVII M – XVII M, dan pertama-tama dipeluk oleh kalangan elit nusantara. Di samping kedua populer tersebut, terdapat teori lainnya dengan karakteristik tertentu. secara singkat, penulis dapat katakan bahwa islam telah masuk ke Indonesia secara perorangan pada abad VII M, yang kemudian menjadi kekuatan sosial dan politik pada abad XII M.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyusun makalah ini karena tertarik ingin mengetahui bagaimana sejarah berkembangnya pengajaran al-qur’an khususnya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat di makalah ini, yaitu:

Bagaimana Sejarah Pengajaran Al-Qur’an Di Indonesia?

Ada Berapa Macam Metode Al-Qur’an Di Indonesia?

Bagaimana Hukum orang cadel yang membaca al-qur’an? 

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang di jelaskan diatas, maka dapat di simpulkan beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:

Untuk memahami sejarah perkembangan pengajaran al-qur’an di indonesia

Untuk mengetahui macam-macam metode yang berada di indonesia

Untuk mengetahui ketentuan/hukum bacaan al-qur’an orang cadel 




BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Pengajaran Al-Qur’an Di Indonesia

Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus (1979: 34) dan Kafrawi (1978: 17) secara historis pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia tumbuh dan tersebar beriringan dengan tersebarnya agama Islam. Sebab di mana ada umat Islam, sudah dipastikan segera diikuti oleh berdirinya masjid atau mushalla, yang disamping sebagai tempat ibadah, juga sekaligus sebagai sentral pengajian, baik pengajian anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, maupun pengajian umum.

Khusus untuk pengajian anak-anak, umumnya diselenggarakan tiap malam hari sesudah shalat berjama’ah maghrib, dengan materi membaca Al-Qur’an, ibadah praktis, keimanan dan akhlak. Untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an, umumnya dipergunakan kitab “Juz ‘Amma” yang di Jawa dikenal dengan istilah “turutan” atau kaidah Baghdadiyah.



2.2 Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an Di Indonesia

A. Metode Al-Baghdadiyah

Berasal dari katanya yaitu Al-Baghdadi, metode ini berasal dari kota Baghdad, Iraq. Belum diketahui secara pasti munculnya metode ini, metode ini muncul pada era sebelum 1980an di Indonesia. Metode ini merupakan yang pertama muncuul dan merupakan metode tertua di Indonesia yaitu dengan pengajian huruf hijaiyah dan juz ama.

 

Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), Maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah prosesulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’

 

Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan digunakan masyarakat Indonesia bahkan metode ini juga merupakan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Buku metode Al-Baghdady ini hanya terdiri dari satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Alqur’an kecil atau Turutan. Hanya sayangnya belum ada seorang pun yang mampu mengungkap sejarah penemuan, perkembangan, dan metode pembelajarannya sampai saat ini.

 

Cara pembelajaran metode ini dimulai dengan mengajarkan huruf hijaiyah, mulai dari alif sampai ya’. Dan pembelajaran tersebut diakhiri dengan membaca juz ‘Amma. Dari sinilah kemudian santri atau anak didik boleh melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pembelajaran Al-qur’an besar atau Qaidah Baghdadiyah


Ciri khas dari metode Al-Baghdadi ialah langsung memperkenalkan seluruh huruf-huruf, dan saat huruf-huruf tersebut diberi tanda baca vokal (fathah,kasroh, dhomah) suku kata tersebut dieja mempergunakan istilah aslinya. Secara didaktik (metode pembelajaran) metode Al-Baghdadi memiliki ciri sebagai berikut :


1.Materi-materinya diurutkan dari yang konkret ke yang abstrak, dari yangmudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang rinci.

2. Secara garis besar, Qaidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah jumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa karena bunyinya bersajak dan berirama.

Kelebihn dan kekurangan metode baghdadiyah

Kelebihan

Santri yang lancar akan cepat melanjutkan ke materi selanjutnya, karna tidak menunggu orang lain

Materi pelajaran (pola bunyi, suusnan huruf) yang tersusun rapi

Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri bagi peserta didik

Materi tajwid secara mendasar diajarkan dalam setiap langkah

Kekurangan

memerlukan waktu yang lama karna harus menghafal huruf hijaiyyah

santri kurang aktif karna harus mengikuti ustadz ustadzah nya dalam membaca

kurang variatif karna menggunakan satu jilid

qaidah baghdadiyah yang asli sulit ditemukan karna sudah mengalami modifikasi kecil

penyajian materi terkesan membosankan


B. Metode Qiroati

Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Quran dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk metakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al Quran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al Quran sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.


Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al Quran yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana.

Metode Qiroati adalah suatu model dalam belajar membaca Al Quran yang secara langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau menerapkan pembiasaan membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid. Ada dua hal yang mendasari dari definisi metode Qiroati, yaitu membaca Al Quran secara langsung dan pembiasaan dalam membaca tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Membaca Al Quran secara langsung atau tanpa dieja, maksudnya adalah huruf yang ditulis dalam bahasa Arab dibaca secara langsung tanpa diuraikan cara melafalkannya (Supardi, 2004). Pembelajaran membaca Al Quran dengan menggunakan metode Qiroati pembelajaran menggunakan kalimat yang sederhana, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat materi. Target utama dari metode Qiroati pebelajar dapat secara langsung mempraktekan bacaan-bacaan Al Quran secara bertajwid.

Metode Qiroati dalam pembelajaran di mulai dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf kepada pebelajar, selanjutnya dengan merangkai kata menjadi kalimat sehingga dapat dengan lancar membaca Al Quran. 

Kelebihan dan kekurangan metode qiroati:

Kelebihan 

Praktis dan Sederhana

Artinya lansung (tanpa dieja atau diuraikan) sebagai contoh: bila A-Ba (أَ بَ ) tidak dieja alif fatha A ba’ fatha B =A-Ba (أَ بَ ). Kalimat yang dipakai harus sederhana, menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks yang akan dibaca atau menghindari kalimat yang bersifat teoritik atau deskriptif.


Sedikit Demi Sedikit

Pembelajaran dengan menggunakan metode Qiroati dilakukan dengan santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada bagian lain. Pebelajar dapat diperkenankan untuk menambah materi pada pembelajaran berikutnya bila sudah bisa membaca dengan lancar dan bertajwid.


Bimbing dan Arahkan

seorang pembelajar cukup mengulangi berkali-kali contoh di atas pada setiap bab, tidak menuntut membaca pada bagian latihan di bawahnya, sehingga anak mampu membaca sendiri setiap bab yang telah diajarkan. Metode ini menjadikan anak-anak betul-betul paham dengan pelajaran yang tidak dihafal.


Memberi Rangsangan untuk Saling Berpacu

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa mengajarkan membaca Al Quran dengan metode Qiroati kepada anak tidak boleh dipaksakan, apalagi dengan cara keras, sehingga daya nalar dan kreativitas anak mati. Anak belajar membaca Al Quran karena termotivasi oleh kebutuhan, dorongan, dan tujuan.


Waspada dengan Bacaan Salah

Lupa menjadi sebuah kebiasaan bagi setiap orang apalagi anak yang sedang belajar, maka dalam pembelajaran membaca Al Quran dengan metode Qiroati lupa bukan sesuatu hal yang perlu dirisaukan atau bahkan dianggap remeh. Kebiasaan lupa merupakan kebiasaan yang harus diingatkan tidak kemudian dibiarkan, sehingga menyebabkan kebiasaan selalu salah dalam membaca. Supaya kebiasaan salah tidak berkelanjutan dalam proses pembelajaran, maka perlu diantisipasi dengan mewaspadai jangan sampai membiarkan pebelajar membaca salah, menegur langsung tidak menunggu waktu sampai akhir ayat atau akhir bacaan.


Kekurangan 

Anak tidak bisa membaca dengan mengeja

Anak kurang menguasai huruf hijaiyyah secara urut dan lengkap

Bagi anak yang tidak aktif akan semakin tertinggal



C. Metode Iqro

Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Buku Iqra' karya KH. As‘ad Humam merupakan buku ajar membaca Al-Qur'an yang sangat popular di Indonesia. Nama asli dari KH. As‘ad Humam hanyalah As‘ad, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH. As‘ad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.

Pada tahun 1975, KH. As‘ad Humam menggunakan metode Qiro'ati yang disusun KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang pada tahun 1963. Akan tetapi, kemudian ditemukan bahwa pengajaran Al-Qur'an dengan metode Qiro'ati tidak tartil, dan tidak adanya tajwid. Maka, dari Qiro'ati inilah kemudian muncul gagasan-gagasan KH. As‘ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al-Qur'an. Pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur'an dengan metode Iqra' yang disusun oleh KH. As’ad Humam ini pada awalnya hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau getok tular, kemudian dengan ketekunan mampu dikembangkan secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di dunia internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team Tadrus AMM Yogyakarta.


Metode pembelajaran iqra’ adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun. Belajar aktif tidak hanya diperlukan untuk menambah gairah, namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan keragaman kecerdasan.


Kelebihan dan kekurangan metode iqra’

Kelebihan: 

Privat menyimakan seorang demi seorang secara bergantian.

Asistensi. Maksudnya, siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat membantu menyimak santri lain. Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan materi kepada temanya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta didik dalam mengajarkan kepada teman sekelas.

Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang penting betul membacanya

Komunikatif, beri sanjungan kepada siswa apabila bacaan betul.

Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar cepat selesai. 


Kekurangan

Bacan bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini

Tidak dianjurkan menggunkan irama murotal

Anak kurang tau nama huruf hijaiyyah karna tidak diperkenalkan dari awal pembelajaran’



2.3 Hukum bacaan Al-Qur’an orang cadel 

A. Apa itu Cadel. 

Dalam Ilmu kedokteran Cadel adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam melafalkan beberapa huruf atau kata tertentu dengan benar. Misalnya kesulitan mengucapkan huruf R, S, atau L. Seringnya kondisi ini dialami oleh anak-anak yang baru mulai belajar berbicara.

Pada awalnya, cadel terjadi pada anak balita sebab pada saat-saat itu, si kecil mulai belajar untuk melafalkan huruf satu persatu. Nah, kemampuan anak dan organ yang belum sempurna membuat kesalahan-kesalahan kecil ini mungkin terjadi. Biasanya cadel akan menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Cadel pada anak-anak terjadi karena belum sempurnanya otot lidah. Hal itu membuat balita cenderung sulit untuk melafalkan beberapa abjad. Hal itu yang kemudian membuat huruf atau kata yang diucapkan si kecil terdengar aneh dan tidak benar.

Namun pada beberapa kasus, cadel juga sering dianggap sebagai gangguan bicara. Apalagi jika terjadi pada anak yang sudah mulai tumbuh dewasa. Seiring dengan berkembangnya usia dan kemampuan bicara anak, biasanya cadel akan mulai tersamarkan bahkan menghilang. Meski sulit untuk memprediksi apakah cadel akan dibawa hingga dewasa. Namun umumnya cadel yang terjadi karena kebiasaan bicara saat kecil atau ketidak mampuan organ dalam mengucapkan kata akan menghilang dan tidak terbawa sampai dewasa.

Lain halnya jika cadel terjadi karena adanya gangguan bicara atau masalah lainnya. Seringnya cadel terjadi karena lidah yang menonjol di antara dua gigi bagian depan. Posisi lidah yang menyentuh kedua gigi depan bisa membuat seseorang kesulitan dalam melafalkan beberapa huruf, misalnya S, T, atau Z.

B. Bisakah Cadel Disembuhkan

Berita baiknya, cadel pada anak sebenarnya bisa hilang. Salah satu caranya adalah dengan mendorong si kecil belajar dan berlatih untuk melafalkan huruf dengan sempurna. Hal ini akan merangsang kerja otot-otot lidah,  sehingga si kecil akan lebih baik dan lebih mampu untuk berbicara dengan jelas. Namun jika cadel terjadi pada anak yang sudah berusia lebih dari 5 tahun, tentu pengobatan yang dilakukan tidak sesederhana itu. Selain melatih dan membiasakan diri melafalkan satu huruf dengan benar, cadel yang terbawa hingga usia dewasa harus mendapat penanganan dari ahli terapi bicara.

C. Hukum Bacaan Al-Qur’an Orang Cadel

Seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan adanya suatu gangguan pada pelafadztannya seperti orang cadel, maka bacaannya syah-syah saja dan tidak mendapatkan dosa ataupun mengubah maknanya. Seperti yang diterangkan oleh imam An-Nawawi : 


“Apabila orang yang cedal tidak memungkinkan untuk belajar yang mana lidahnya tidak mendukung atau karena waktunya sempit, sebelumnya juga tidak memungkinkan maka shalatnya dia untuk dirinya sendiri sah.”

(Majmu’ Syarah Muhadzab : 4/166).


Pada dasarnya, sesuai dengan penjelasan cadel diatas. Bahwasannya Cadel bisa disembuhkan dengan mengupayakan beberapa cara agar otot lidah menjadi lebih sempurna. Namun sebelum seseorang bisa sembuh dari cadelnya ataupun karena memang sudah qodratnya seperti itu, maka Allah SWT berfirman :


 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(QS Al-Baqarah : 286).


Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda kepada ‘Imron bin Hushain saat dia sakit :


 “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu, maka dengan miring”.

(HR Bukhari : 1066).


Artinya bahwa agama tidak mempersulit orang-orang yang memiliki kekurangan dalam beribadah, namun tetap ada upaya untuk bisa lebih mengerjakan ibadah-ibadah dengan sempurna.



BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Metode baghdaiyah merupakan metode eja yang berasal dari baghdad masa pemerintahan khalifah abbasiyah,

Cara pembelajaran metode baghdadiyah: hafalan, eja, modul.

Metode qiroati Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Quran dengan baik dan benar

Cara pembelajaran metode qiroati langsung mempraktekan bacaan tartil sesuai qoidah ilmu tajwid

Metode pembelajaran iqra’ adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun.

Apabila orang yang cedal tidak memungkinkan untuk belajar yang mana lidahnya tidak mendukung atau karena waktunya sempit, sebelumnya juga tidak memungkinkan maka shalatnya dia untuk dirinya sendiri sah.”

(Majmu’ Syarah Muhadzab : 4/166).




Saran

Sebagai umat muslim patutnya kita tidak pernah bosan atau malas dalam mempelajari isi kandungan Alqur’an dan mempraktikan di setiap hari. Jangan pernah jadikan Alqur’an hanya sebagai “penghias kamar atau lemari”, tapi baca dan pelajarilah dengan kesungguhan hati bersama ulama, ustad atau ustadzah ataupun orang-orang yang di percaya mampu dan menguasai ilmu agama Islam secara baik dan konsisten di sekitar tempat tinggal. 

Kita adalah umat beragama Islam maka membaca Alqur’an jangan dijadikan “formalitas belaka”, tapi tanamkan dan tumbuhkan rasa cinta terhadap Alqur’an agar hidup kita di berkahi dan di ridhai oleh Allah SWT.





DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Mahmud, ejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1979.

Dikutip dari artikel berjudul, "Metode Pembelajaran Membaca Al Qur’an", 7 Juni 2014, oleh A. Jauhar Fuad.

Dikutip dari artikel berjudul, “Metode al baghdadiyah”, januari- juni 2018, oleh Muhammaedi

Rizqyeducation “metode qiroati”  9 juni 2016

H.M. Budiyanto, dkk,  Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an, Yogyakarta: AMM, 2003

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode pengajaran Al-Qur'an masa Tabi'in

Mengenal Kitab Al Hikam

Mengenl Kitab Mahalli